Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku oleh Aku: Memperingati Setahun Nge-Blog!

Pagi tadi saat sahur, entah kenapa saya jadi tergerak melihat-lihat posting lama di weblog. Mulai dari era pertama kali saya menuliskan kata-kata hingga dua hari yang lalu sebagai posting paling akhir. Dan tahu tidak, ternyata sudah setahun genap saya menulis di blog tercinta. Yup, tepatnya tanggal 26 Agustus 2008 saya mencoba memulai tradisi tulis menulis di jagat maya dan hari ini, pada tanggal yang sama, ternyata sudah satu revolusi rupanya. Selamat ulang bulan Dearest Mind of Honesty!

Aku
Apabila di hitung, sekurangnya ada 98 tulisan yang saya posting di blog, belum termasuk sejumlah post yang belum saya publish, mungkin ada sekitar 103 tulisan yang saya hasilkan dalam setahun ini. Bukan jumlah yang banyak, apalagi kalau dibandingkan dengan sejumlah weblog terkenal seperti Twilight Express dan The Bling of My Life, yang bisa menghasilkan minimal satu tulisan per dua hari. Belum lagi ditambah jumlah penggemar yang sangat banyak. Bisa dibilang saya hanyalah bagian terkecil dari galaksi blog di jagat maya yang sangat banyak itu.

Tentu saja, memiliki blog terkenal mungkin banyak dinanti semua blogger, apapun latar belakang dan cara dia menulis. Tapi memiliki sebuah blog dengan kepribadian yang unik bagi saya jauh lebih penting. Saya merasa hal tersebut pas dengan karakter diri saya, yang independen dan proud to my own world. Lagipula kita tidak mungkin bukan memuaskan semua orang. Dengan membangun sebuah imitasi diri kita sendiri, setidaknya ada satu orang yang mampu kita puaskan, diri kita.

Well, ini bukan masalah menjadi egois dan melupakan orang banyak. Keinginan untuk berbicara sesuai dengan 'selera pasar' kadangkala seperti membatasi kreativitas seseorang. Kita seperti terpenjara oleh sorotan ribuan mata yang melihat setiap detil pikiran kita. Padahal, bukankah salah satu tujuan membuat blog adalah agar kita merasa at home saat mencurahkan isi otak kita, menyuarakan uneg-uneg terpendam, bersuara lantang saat tak satu pun orang sudi membaca dan mendengar. Lebih dari itu semua, munculnya keheningan.

Saat hanya ada kau dan layar monitor yang luas itu, tanpa intimidasi dari liri-lirik lagu yang menggoda atau lalu lalang kendaraan yang menerobos masuk ke meja kerja. Mungkin hanya desiran  kipas angin kecil yang berjuang mengusir panas dari sirip-sirip heatsink. Saat itulah bahasa kita mengalir dan tangan kita bergerak merangkai kata dan kalimat. Meraih sekilas ide, inspirasi, wahyu, atau apapun isitilahnya untuk kemudian memadatkannya dalam struktur kalimat yang mudah dibaca dan dicerna. Keheningan, menginspirasikan keagungan dan ketenangan. Cerita mengalir dan gagasan-gagasan tumbuh dengan suburnya. Dari sanalah, muncul keasyikan tersendiri dalam berkreasi.

Oleh Aku
Posting pertama saya berjudul Totally Heavier, berkisah mengenai kegelisahan diri saya dalam memenuhi panggilan hati dengan kenyataan hidup yang saat itu saya alami. Saya tulis posting tersebut dalam bahasa Inggris yang amburadul. Editingnya pun juga terlihat setengah hati, tentu saja karena pada saat itu saya memang masih awam dengan kode-kode html. Posting kedua dan ketiga bahkan tampak lucu, karena terlihat seperti scrap status Facebook. Singkat dan padat, dan hanya menampilkan gambar semata. Baru pada akhir bulan, tulisan saya mulai berkembang seperti dalam Selamat Ramadhan dan My Statistics at Gontor.

Bulan September pun ternyata tidak terlalu bagus, di bulan ini saya berekspresi dengan puisi. Setidaknya terdapat Puisi Hujan yang saya tulis live ketika hujan deras mengguyur Jakarta, serta Ode Of Birth yang saya dedikasikan untuk seseorang yang belum saya buka kartunya hingga saat ini. Lirik kedua puisi itu bebas, tidak terikat ritme abab, hanya menekankan pada pengalaman subjektif belaka. Pada Ode of Birth saya malah bereksperimen dengan gugusan bintang dan konstelasi planet-planet yang saya lihat ketika menemukan software Planetarium yang bagus itu. Dalam arti tertentu, puisi ini juga dapat dimasukkan kedalam kategori puisi cinta. Hee..

Tiga  bulan terakhir di tahun 2008, ada beberapa kecenderungan utama dalam tema setiap posting yang saya tulis. Pertama adalah penggunaan fotografi sebagai mode utama dalam berekspresi. Kebetulan, saat itu saya baru saja membeli kamera digital yang pertama, sebuah prosumer Canon S5 IS. Jadi, masih dalam masa gatal untuk membidik dan mengabadikan gambar di sana-sini. Terbilang, Morning Calm, Sight of Overture, City of Water, serta At The End of Civilization yang merupakan posting dengan fitur fotografi yang menonjol. Untuk membuat keempat posting ini, saya membuka akun di Flickr sebagai web hosting bagi gambar-gambar yang saya upload ke internet.

Selain keempat posting tadi, beberapa posting juga memiliki fitur yang seimbang antara narasi teks dengan kekayaan angle foto macam Pilgrimage yang bercerita tentang kepulangan saya ke Gontor, demikian juga tiga seri Purnama di atas Bromo yang mengambil setting saat wisata ke Malang. Pola pengambilan foto dengan hunting di jalanan yang kemudian dirangkai dengan teks juga terdapat dalam Casablanca yang merupakan reportase jalanan saya yang pertama. Dalam posting ini, kalau tidak salah, beberapa kali saya harus memarkir kendaraan saya untuk mengambil gambaran hidup tentang ritme kehidupan di sepanjang Kasablangka dan terusannya.

Kecenderungan berikutnya pada masa-masa ini adalah pengungkapan kehidupan pribadi ke dalam sebuah tulisan. Termasuk, sejumlah affair yang bisa dinikmati dalam Perdjalanan Pandjang Seboeah Boekoe yang merupakan sebuah gambaran realistis mengenai diri saya. Demikian pula kisah putus cinta yang sendu sedan serta diramu dengan bahasa Filosofis yang njlimet dalam What If All About This Was Wrong. Lucu juga membaca kedua posting tersebut, terlebih yang terakhir karena baru kali itu saya mendapat komentar yang begitu banyak dan yah, bisa membuat saya tertawa di kemudian hari. Bukan karena peristiwa itu lucu, justru sebaliknya dan betapa saya sangat melankolis dalam menulis.

Sejumlah puisi pada tiga bulan terakhir tahun 2008 juga saya tulis, seperti trilogi Retakan dan Rekahan yang menggambarkan suasana batin saya di dunia kerja, juga lakon pendek Waktu yang Pudar. Pada saat itu, saya mencoba menulis sejumlah resensi buku dan film sebagaimana terdapat dalam dan On Musashi, Macondo, Melquiades dan Buendia. Tahun 2008 pun ditutup dengan sebuah deskripsi kering tentang tradisi pergantian tahun. Mungkin karena mental saya emotionally exhausted pada kala itu. :p

Aku yang Lain
Desember 2008 merupakan masa tersubur bagi saya dalam menulis. Sekitar 16 tulisan saya posting kala itu. Jumlah tersebut dua kali lipat jumlah posting tertinggi tahun 2009 yang sampai saat ini masih dipegang rekornya pada bulan Januari tahun ini, yakni sebanyak delapan buah tulisan.

Memasuki Tahun 2009 nuansa yang berbeda hadir dalam tulisan-tulisan yang saya. Gaya emosional yang meluap-luap perlahan sudah mulai saya tinggalkan, kecuali pada sejumlah tema yang memang membutuhkan gaya tersebut. Sebut saja Limbic dan Ramadhan di Gontor. Sebagai gantinya, saya saat ini lebih tertarik kepada gaya esai yang panjang, argumentatif meski sedikit deskriptif. Tulisan macam Eksploitasi, Gontor & Hogwart, Shake it Don't Stir, Dengerin Jazz dan Why People Having Sex after Funeral, merupakan tonggak-tonggak esai yang ingin saya coba perdalam.

Reportase perjalanan juga masih berlanjut, meski tidak semelodious Purnama di atas Bromo, macam At Midst of Java dan Reli ke Selatan Pulau Jawa yang hanya saya tulis bagian akhirnya saja. Adapun puisi, kini tampil lebih panjang dan beberapa mengambil tema filosofis. Yang berbeda mungkin pemuatan tulisan bertema teknologi dua bulan terakhir yang pada tahun sebelumnya masih malu-malu ingin saya muat. Hal yang sama juga terjadi pada, tulisan bergaya jurnalisme investigatif pada dwilogi Keep Your Hand Clean or Get Dirty serta 45 Menit di Pengadilan meski tidak secerdas tulisan para wartawan, tapi merupakan pengalaman pribadi saya saat masih bekerja sebagai Medical Representative perusahaan farmasi asing.

***

Bisa dikatakan, tulisan saya tumbuh seiring dengan kedewasaan dan pengalaman yang saya cerap selama ini. Hal-hal lain yang mempengaruhi, seperti semakin berkembangnya penggunaan Facebook sebagai media jejaring sosial dan ekspresi membuat kesuburan saya menerbitkan posting baru turut menurun. Tapi itu semua dapat ditebus dengan kualitas tulisan dan ekspresi yang menurut hemat saya turut mengalami peningkatan.

Akhirnya, terimakasih saya ucapkan kepada kawan-kawan dunia maya yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu di sini. Terimakasih, karena telah ikut menemani saya tumbuh dan berkembang di era digital saat ini. Hidup weblog!

6 komentar untuk "Aku oleh Aku: Memperingati Setahun Nge-Blog!"

  1. Wah namaku disebut di sini hehehe.

    Pertama-tama...selamat ya. Blog HP ini berat isinya, sehingga terkadang saya tidak tahu mau/bisa berkomentar apa, meskipun saya sudah baca. Bukan Blog Biasa! Saya ingat pertama kali menulis komentar di sini (mungkin) pada postingan ttg gunung Bromo. Itu juga karena dikenalkan bang Hery.

    Anyway... selamat melanjutkan weblog yang tentu saja merupakan "wadah penumpahan pikiran" sang penulis.

    omedetou

    EM

    BalasHapus
  2. wan... selamat atas setahun weblogmu ini. jujur, tulisanmu meski terkesan berat, tapi sarat makna dan musti ku baca. dan aku setuju, kalau orisinalitasmu sudah sangat tampak melalui tulisan-tulisanmu...

    sekali lagi selamat ya, dan teruslah menulis. dan suatu saat aku ingin menjadi pembaca awal naskah bukumu yang akan kau terbitkan... :D

    btw, kemarin aku komen di postingan soal ramadhan di gontor, kok gak bisa ya?

    BalasHapus
  3. Selamat ultah, "Dearest Mind of Honesty". :)

    BalasHapus
  4. Terus terang, aku agak kesulitan komen di sini, padahal setiap ada postingan baru aku selalu baca. Fuadi dan aku menjuluki blogmu dan blog Sony sebagai duo blog maut karena isinya memang unik. Selamat ulang tahun ya HP...Ntar abis lebaran kita ketemu di acara Silaturahmi Alumni ya...

    BalasHapus
  5. Btw, untung hari ini aku udah buat email di gmail (heryazwan@gmail.com) yang ternyata memudahkan dalam memberikan komen di blog ini.

    BalasHapus
  6. @ Debi, hati2 Deb, di sana cowok semua :D

    @ bu Imel, justru saya ingin belajar membuat tulisan ringan seperti di TE. Ternyata susah juga. :D

    @ uda Vizon, soal buku sepertinya Sonny dua langkah lebih maju, doakan saja.

    @ Mona, trims.

    @ bang Hery, berarti copy darat nih di silatnas Gontor. Siip!

    NB: Mohon maaf, karena kesalahan seting jadi agak susah memberi komentar. Sekarang sudah saya benahi kembali. Terima kasih atas dukungan semuanya!

    BalasHapus