Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku dan kura-kura



Sebenarnya tekateki ini pertama kali dikeluarkan oleh Perminedes filsuf Yunani kuno guru dari Zeno, yang darinya diabadikan nama tekateki tersebut, paradoks Zeno. Ceritanya mengenai Achilles si pelari tercepat Athena yang tidak dapat mengalahkan kecepatan lari seekor kura-kura, padahal ia sudah mengusahakan setiap tenaganya yang terbaik. Tapi tetap saja, kurakura lamban ini masih tetap berada di depannya. Untuk membayangkan marilah kita kembali ke masa lalu, saat Acropolis masih dalam proses peletakkan batu pertamanya.

Di sebuah pertandingan lari seratus meter di kaki gunung Olympus, tampak Achilles dan kurakura tengah bersiap untuk bertanding. Achilles yang merupakan pelari terhebat Yunani kala itu tidak begitu merisaukan hasil dari pertandingan ini, karena ia yakin ia akan menang. Sedangkan si kura-kura, yang merupakan kuda hitam, juga tidak terlalu khawatir dengan apa yang dipertandingkan. Namanya aja kurakura, memangnya dia bisa berpikir? Dan meskipun ia tengah berpikir, tapi apa yang ada di pikirannya tersebut tidak sama seperti yang ada di benak panitia lomba lari atau lawannya si Achilles itu. Untung aku kurakura, katanya dalam hati jadi tidak mengerti apa yang diusahakan manusia-manusia bodoh itu.

Setelah dirasa sudah siap, panitia meniup terompet, tanda perlombaan dimulai. Kurakura dengan segera langsung berlari cepat. Adapun Achilles dengan santai menikmati setiap selebritas di tempatnya berada. Wanita-wanita Athena bersorak-sorai mengagumi bentuk tubuhnya yang terpahat indah (zaman Yunani kuno dulu, pertandingan-pertandingan olimpiade biasanya dilakukan dengan bertelanjang. Para pesertanya hanya mengenakan cawat saja untuk menyangga bagian vital tubuh. Di Sparta malah jauh lebih ekstrim, peserta wanitanya juga bertelanjang saat lomba, entah bagaimana reaksi dari pihak pria saat itu. Alasan ketelanjangan ini sederhana saja, mode pakaian yang ada tidak mengizinkan seseorang bergerak bebas saat berpakaian lengkap. Mungkin atas alasan ini, undang-undang APP tidak pernah disahkan oleh senat Yunani kuno. Maaf ya, maaf). Bagi Achilles, perlombaan itu adalah pertandingan semu yang telah diketahui hasilnya terlebih dahulu. Ah dasar Zeno, bisa aja dia mengarang cerita seperti ini, katanya.

Semenit berlalu, semenjak si kurakura memulai start untuk berlari. Ia kini telah berada tujuh meter di depan Achilles. Achilles pun memutuskan untuk berlari. Kurang dari dua detik, ia sudah ada ditempat kurakura tadi berada. Tapi tepat saat ia mencapai posisi itu, si kurakura juga bergerak selangkah lebih maju. Dalam sepersekian detik, posis mereka mengecil hingga setengahnya. Sepersekian detik kemudian, jadi seperempat, lalu seperdelapan, seperenambelas, sepertigapuluhdua, seperenampuluhempat, seperseratusduapuluhdelapan! Dan setiap Achilles melangkahkan kakinya, sikurakura telah berada di posisi yang lebih advance. Ruang tiba-tiba memelar. Bagaikan tali karet yang direnggangkan, titiktitik yang tertulis di atasnya pun ikut merenggang. waktu menjadi pelan. Orang-orang sekitar menyaksikannya dengan terperangah, kedua peserta ini bergerak lambat sekali! Maklumlah, mereka belum mengenal teknologi slow motion yang biasa ada pada produkproduk HDTV masa kini. Mereka hanya menyaksikan keajaiban alam yang aneh. Sebuah realitas yang ada di dalam kepala seorang Zeno, saat perpindahan antar angka terus melebar hingga batas yang tak terhingga. Huh, makanya jangan berdebat dengan ahli matematika!

Hasilnya, si kurakura keluar sebagai pemenang, dan Achilles yang tertunduk lesu pergi berguru kepada ahli matematika Mesir. Hampir dua milenium kemudian, ia berhasil mempelajari kalkulus dan mampu mengalahkan kurakura dalam pertandingan yang kedua. yah, usaha yang tidak sia-sia. Ternyata, untuk memenangkan lomba, ia cuma butuh pembulatan. Dan di Yunani saat itu belum dikenal yang namanya pembulatan. mereka kalau beli barang yang seharga seribusembilanratuslimapuluh perak dengan uang duaribuanan akan dikembalikan limapuluh perak juga, berbeda dengan di negara kita yang dikembalikan dengan permen. Sejak kapan sih permen disahkan sebagai alat tukarmenukar barang yang sah, Kecuali di negara ini! Ah Achilles, coba kamu jadi warga negara Indonesia, sudah sejak lama kamu jadi pemenang. :P

ØØØ


Ah, tibatiba saja aku seperti Achilles. Saat jarak antara aku dan dia benarbenar dekat, realitas menjadi begitu dalam dan tak berhingga. Aku terjebak pada desimal angkaangka. Aku kehilangan pembulatan, aku kehilangan penyimpulan. Aku tak mampu menyentuhnya apalagi mengejarnya. Aku tak bisa mengatakan cinta.

Posting Komentar untuk "Aku dan kura-kura"