Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Confession

Aku sering berbuat kesalahan, tapi aku terus belajar untuk memperbaikinya. Aku pernah berpikir untuk membangun duniaku dengan fondasi keuangan yang kuat. Semakin kukejar, semakin kosong jiwaku. Aku pernah pacaran dengan seorang perempuan. Sungguh, mereka benar-benar membuat dirimu gila dengan segala pesona yang mereka miliki. aku bahkan berani bertaruh, bahwa pesona itu telah merenggut 4/5 akal sehatku dan membuat nafsu menguasai jiwaku. Dan tatkala semuanya berakhir, hanya kesedihan yang pantas mengisi kesenangan singkat itu. Aku hancur, hingga setengah jiwaku hilang terbuang sia-sia. Mungkin khayalan dan harapanku terlalu tinggi. Mungkin juga mereka bertarung di kepalaku memperebutkan hak masing-masing atas diriku. Semua bagaikan baratayudha yang panas membara di hatiku.

Maka kubertanya, kemanakah kita menuju? Aku, diriku, jiwaku, tubuhku, nafsuku, rasionalitas dinginku, kepekaanku yang sangat ekstrim, kepesimisan hidupku, nalar antipati sosialku, keegoisan aku, dan segala atribut yang bercerai berai menuntut keinginannya tercapai. Kubertanya pada mereka sekali lagi, kemanakah kita menuju? Adakah kepentingan yang harus disisihkan, ditahan sebentar atau mungkin dibuang jauh-jauh agar tidak limbung kembali. Maka kulakukan apa yang seharusnya sejak dahulu aku lakukan. Aku berjalan di jalan yang dahulu aku ragukan. Tiada masa depan. Persetan dengan mereka. Hanya ketakutan-ketakutanlah yang ditimbulkan olehnya. Kebimbangan, tanpa kendali, hilang percuma.

Aku mengakui bahwa diriku berjalan dalam gelap. Tapi kutahu, tali itu masih setia menuntunku hingga kini. Ia jugalah yang mengikatku dari keolengan. Jangkar dikala badai. Walau pertolonganNya selalu datang terlambat, tapi Dia memberiku apa yang kuminta. Meski kutaktahu, hikmah apa yang Dia berikan padaku. Ah, kata itu. Kurasa hanya pantas kita ucapkan setelah segalanya berlalu. Bukan kini, bukan saat ini. Ini pengakuanku. Kuakui aku telah melakukan banyak kesalahan, tapi kuterus belajar untuk memperbaikinya.

2 komentar untuk "Confession"

  1. Himawan...Hebat.. bisa membuat pengakuan yg sangat personal..
    Banyak yang pernah mengalami hal itu, tapi tdk banyak yg berani membuat pengakuan spt ini.

    Bersyukur, karena masih dituntun meski dalam keadaan lupa akan Nya,
    tandanya sayang Allah masih menyertai..

    Saluut...

    BalasHapus
  2. benar bos! pengembaraan mencari "kebenaran" mari kita akhiri.
    ingat sabda nabi: " aku tinggalkan dua perkara yang kamu tidak akan tersesat selamanya jika berpegang pada keduanya, kitabullah dan sunah nabi-Nya". cak nur slo

    BalasHapus