Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fai'l wa Mafu'l

Siapapun yang pernah belajar bahasa Arab, akan mengerti judul posting ini. Fai'l adalah subjek dan mafu'l adalah objek. Relasi keduanya adalah relasi antara pelaku dan korban. Ia adalah relasi ontologis karena mengisyaratkan keberadaan dirinya melalui serangkaian tindakan yang saling terkait. si Fai'l ada karena dialah pelaku sebuah tindakan, sebaliknya mafu'l ada karena ia merupakan korban. Meski demikian, suatu ketika si Mafu'l ini juga bisa bertindak sebagai Fai'l yang kemudian melahirkan korban baru yang akan menggantikan dirinya. kita menamakan hal tersebut sebagai mata rantai keburukan. Contoh paling gamblang bangsa Israel. Dahulu mereka adalah korban kekerasan kaum Nazi, sekarang mereka adalah pelaku kekerasan terhadap bangsa Palestina. Bisa dikatakan, semua hal buruk itu menular. Entah melalui memori pribadi maupun memori kolektif. Pengalaman masa kecil yang traumatis, relationship yang buruk, sering menimbulkan pemikiran bawah sadar yang berpotensi membuat diri kita membalas dendam.

Tapi bagaimana kita mendata pemikiran bawah sadar kita itu? Mungkin beberapa hukum milik Dorothy Law Nolte bisa menjadi checklist tingkat kesadaran kita.

If a child lives with criticism, he learns to condemn.
If a child lives with hostility, he learns to fight.
If a child lives with fear, he learns to be apprehensive.
If a child lives with pity, he learns to feel sorry for himself.
If a child lives with ridicule, he learns to shy.
If a child lives with jealously, he learns what envy is.
If a child lives with shame, he learns to fight.
If a child lives with encouragement, he learns to be confident.
If a child lives with tolerance, he learns to be patient.
If a child lives with praise, he learns to appreciate.
If a child lives with acceptance, he learns to love.
If a child lives with approval, he learns to like himself.
If a child lives with recognition, he learns that it is good to have a goal.
If a child lives with sharing, he learns about generosity.
If a child lives with honesty and fairness, he learns what truth and justice are.
If a child lives with security, he learns to have faith in himself and those around him.
If a child lives with friendliness, he learns that the world is a nice place in which to live.
If you lives with serenity, your child will live with peace of mind.
With what is your child living?

(Dorothy Law Nolte)
Silahkan ganti kata child dengan diri kita sendiri. Kirakira kita korban dari apa ya?


4 komentar untuk "Fai'l wa Mafu'l"

  1. saya pernah mengalami cemoohan, tapi saya tidak akan melakukannya...
    saya pernah mendapat pujian, dan saya akan meneruskannya...

    eh, dua kata itu kan sensitif banget, hehehe... :)

    BalasHapus
  2. iya tuh, sensitif :p

    *kirain ngbahas itu*

    BalasHapus
  3. Pak pradityo, saya awam dalamn filsafat, namun saya ingin bertanya, apakah penggantian kata child itu serta merta dapat mengantarkan kita pada makna yang sama dengan apa yang dimaksud oleh Dorothy?

    BalasHapus
  4. @ Uda vizon, itu hal yang bagus da. Kalau setiap kita bisa menjadi peredam halhal buruk, bukan tidak mungkin, kekerasan dan kejelekkan bisa kita minimalisir.

    @ Sonny, yang itu juga Son. Samasama menular. Banyak kok buktinya.

    @ Yudi, makna yang dimaksud Dorothy sejatinya diperuntukkan bagi orang tua dalam mendidik putraputrinya. Tapi bukan berarti tidak bisa kita diterapkan bagi diri kita sendiri. Dalam hemat saya, relasi logis antara proses dan hasil yang digambarkan oleh Dorothy dapat kita gunakan untuk melacak sebab atas tingkah laku kita tersebut. Seumpamanya kalau kita orang yang pemalu, bisa jadi dahulu kita sering diperolokolok. Mungkin kita tidak sadar, tapi resultan yang ada menunjukkan hal serupa. Memang sih tidak seratus persen benar tapi itu bisa dijadikan dasar bagi sebuah introspeksi diri sekaligus terapi. Dan kalau kita hendak menghasilkan kualitas diri yang positif, seperti rasa percaya diri, lawan dari malu, maka kita bisa membuat miliu yang membesarkan (baca: encouragement) dan ingat, sebagaimana perbuatan buruk, perbuatan baik pun menular. Yang dibutuhkan hanyalah memulai dari diri kita sendiri. :)

    BalasHapus