Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Liburan dan Festival Film Kecilkecilan

Libur panjang, tidak ada rencana kemanamana, apalagi yang mau dibuat kecuali nonton filmfilm bermutu. Jadilah, di sore hari menjelang tanggal duapuluhlima, hunting sebentar di ITC Kuningan samping mall Ambassador. Ternyata susah juga ya mencari filmfilm yang bagus. Awalnya, lihatlihat sebentar judul yang ada, setelah acakacak rak DVD, malah tidak ada yang berkenan. Terpaksa deh, mengeluarkan jurus terakhir. Buka situs IMDB, dan cari daftar duaratuslimapuluh film terbagus sepanjang masa. Saya lihat, ratarata film yang masuk daftar limapuluh terbaik hadir pada era sebelum sembilanpuluhan. Saya perkecil area pencarian setelah tahun duaribuan, gotcha! Ada beberapa. The Lord of the Rings, Batman Begins, The Dark Knight. Ah, rasanya sudah pernah nonton tuh. Gak rame! Saya pindai sekali lagi, dan dapatlah sebuah daftar kecil: The Pianist, The Prestige, Memento, No Country for Old Men dan Untergang. Sekarang tinggal cari DVD-nya.

Astaga, ternyata mencari empat film ini lumayan susah. Beberapa counter saya datangi, saya tanya satusatu, ternyata tidak ada. Bolakbalik deh dari lantai empat, tiga, dasar, basement, lalu naik lagi keatas. Dari yang besar, lumayan besar, hingga yang agak kecil. Bahkan di salah satu counter si penjaga sampai bete waktu saya tanya satusatu tuh film dan tidak ada sama sekali. Mau gimana lagi, saya biasa menggunakan referensi yang otoritatif untuk mencari sesuatu sih. Dan bagi saya, daftar film yang dikeluarkan oleh IMDB lumayan otoritatif, paling tidak informasinya lumayan lengkap dan bagus. Film yang bagus itu seperti buku dan musik yang bagus. Inspiring dan melezatkan. Untuk dua hal pertama tadi, selera saya memang tinggi. Dan kadang saya sampai berdebat dengan teman saya mengenai sebuah film, garagara ia bilang tuh film bagus dan saya berkeras bahwa film tersebut jelek, tidak bermutu serta payah. Kelak, teman saya ini balas dendam demi lihat ikat pinggang butut saya yang kucel sanasini. "Katanya berselera tinggi, kok ikat pinggang butut masih dipake!" Walah, mati kutu deh. Untuk berpakaian, saya memang standar habis :).

Sebenarnya juga, sore hari itu mau nonton bareng dengan temanteman seprofesi dari perusahaan lain. Tapi setelah browsing di cinema21, ternyata film yang diputar di Planet Hollywood (bioskop terdekat) gak ada yang pas. Bayangkan saja, masa sih saya nonton bareng film romantis macam twilight, Dua cinta dua doa dan Australia sama temanteman cowok. Aneh kan. Yang action, ada sih Transporter3, tapi sudah pernah lihat. "Sorry Dwi, gak ada yang bagus nih", kataku. "Lain kali saja deh". Soal nonton film yang gak pas memang sudah beberapa kali terjadi. Dulu, waktu di Makassar, garagara ingin nonton aja, saya ajak temanteman perempuan menonton bareng. Waktu itu yang diputar adalah film 300 dan dua buah film Indonesia. Temanteman perempuan yang enggan lihat film Indonesia malah memilih nonton 300. Dalam hati, apa gak salah nih orang pilih film, 300 itukan cowok banget! Dan terbukti, waktu ada adegan perang yang berdarahdarah, Ida sampai histeris :D.

Lain kiranya sewaktu nonton Nagabonar Jadi 2 bareng Suhaemi. Sebenarnya nih film keluarga, tapi ada juga unsur romantik di dalamnya. Apalagi pas adegan Tora Sudiro minta dicium oleh Wulan Guritno, pas gua lihat ke samping, jadinya malah ketawa. Halah, kenapa juga saya ajak dia, mending sama Eli saja tadi. Dan yang paling aneh, adalah sewaktu nonton film The Lake House sendirian, menyaksikan Keanu Reeves dan Sandra Bullock beradu akting setelah sebelumnya di film Speed. Hah, jadi seperti alien saja :(. Kalau mau aman ya, beli DVD dan nonton di rumah. Khusus yang ini, saya jarang beli film yang baru keluar di bioskop. Lebih baik menunggu barang enam bulanan hingga salinan aslinya selesai dirilis, jadi nontonya lebih puas.

Singkat kata, sore itu saya hanya berhasil mendapatkan The Pianist, No Country for Old Men dan The Prestige saja.  Demi melengkapi, saya pilih tambahan film yang bergenre aksi drama, American Gengster, dan sebuah film lawas favorit, Forrest Gump. Yup, lima film untuk ditonton sehari semalam, sebuah festival film kecil untuk liburan di rumah.


***


The PianistFilm Pertama, saya tonton mulai pukul 22.00 WIB, judulnya The Pianist. Cerita mengenai ghetto Yahudi di Warsawa, Polandia, yang semasa Perang Dunia Kedua dijadikan kamp tawanan Yahudi oleh Nazi Jerman. Agak pesimis sih pada awalnya sewaktu menonton filmfilm macam begini, hampir seperti propaganda Yahudi saja. Dan saya pikir film semacam ini banyak, mulai dari Schindler's List-nya Spielberg, hingga Beautiful Life. Yang berbeda adalah, tokoh sentral dalam film ini merupakan seorang musisi terkenal Polandia Wladyslaw Szpilman, seorang pianis Yahudi.

Yang membuat film ini menarik justru seperdua bagian terakhir, yang mengisahkan persembunyian Szpilman dari gestapo dan penyisiran tentara Jerman terhadap warga Yahudi. Adrien Brody, sangat menjiwai sosok Szpilman yang lugu, bodoh, dan tak berdaya. Benarbenar weak hero. Bagaimana pula ia yang kurus kelaparan melarikan diri dari perang jalanan dan membuatnya dikejarkejar bak maling. Dalam pelariannya yang parah itu, ia lalu berlindung di sebuah rumah yang ternyata adalah markas kompi Jerman. Di sinilah ia bertemu dengan Captain Wilm Hosenfeld, perwira menengah di markas tersebut. Saat ditanya, apa pekerjaannya, Szpilman menjawab bahwa ia adalah seorang pianis. Hosenfeld yang juga memiliki ketertarikan terhadap musik, sangat tergugah saat menyaksikan kemahiran Szpilman memainkan komposisi gubahannya sendiri. Maka alihalih membunuhnya, ia malah memberikan Szpilman makanan dan tempat berteduh.

Saat Jerman dipaksa keluar dari Polandia, ada kejadian lucu. Szpilman yang sangat bahagia keluar dari persembunyiannya bersorak gembira. Tapi iringiringan warga menjadi begitu takut demi melihat pakaian yang ia pakai. Ternyata, Szpilman menggunakan jas milik perwira Jerman tadi, dan nyaris saja ia mati diterjang peluru sebelum berteriak bahwa dirinya adalah orang Polandia. Kelak pula, ia tidak berhasil menemukan si perwira yang telah menolongnya itu, yang lalu mati dalam kamp tahanan Rusia di Siberia.

Selain memenangkan tiga Oscar untuk pemeran pria terbaik kepada Brody, sutradara terbaik untuk Roman Polanski dan skrip terbaik, kita juga disuguhi alunan piano yang sangat indah, komposisi Mozart, Chopin dan Szpilman sendiri. Di akhir film bahkan mucul sebuah pagelaran orchestra yang menampilkan kemahiran permainan piano sang komposer. Szpilman memang pianis terkenal Polandia, yang meninggal tahun 2000 silam pada umur hampir sembilanpuluh tahun.


Film kedua
, baru mulai pada pukul 00.30. Kali ini bercerita tentang persaingan dua orang pesulap dalam mencapai kemasyhuran, the Prestige. Dengan setting London di awal abad duapuluh, ramuan akting Hugh Jackman dan Christian Bale memang begitu bagus. Semula Robert Angier, Jackman, dan Alfred Borden, Bale, tumbuh dan besar di sebuah grup sulap keliling. Dalam sebuah pertunjukan, istri Angier tewas tenggelam, akibat tidak mampu melepaskan ikatan Borden. Sejak itu keduanya saling bermusuhan dan bersaing menjadi nomor satu.

The PrestigeKetika Borden melakukan pertunjukan atraksi menangkap peluru, Angier datang menyamar hendak balas dendam. Beruntung Borden tidak tewas, tapi ia harus kehilangan dua jaritangannya. Saat nama Borden kembali masyhur dengan atraksi teleporternya, Angier berusaha menyaingi dengan memberikan aksi yang jauh lebih hebat. Sayangnya, di tengahtengah pertunjukan Borden menyabotase dan mempermalukan Angier di hadapan penonton. Angier yang tidak terima secara terangterangan membuka konfrontasi dengan Borden. Ia lalu mengirim asistennya Olivia, Scarlett Johansson, guna mencuri buku harian Borden.

Saat itu, setiap pesulap memiliki sebuah buku catatan berisi triktrik rahasia pertunjukkannya. Tak dianya, Olivia malah jatuhcinta kepada Borden, dan bukannya membawa rahasia sulap Borden, ia malah mengatur siasat agar Angier pergi ke Amerika mencari sulap yang sangat hebat dari seseorang bernama Tesla. Nikola Tesla sendiri merupakan sosok historis, seorang fisikawan dan insinyur elektrik. Ia bereksperiman membuat sebuah teletransport dengan perantaraan aliran listrik tegangan tinggi (mungkin ada insinyur elektrik yang mau menerangkan Tesla lebih lanjut?). Hasilnya sangat mengejutkan, karena ia bukan saja berhasil memindahkan sebuah objek dalam arti sebenarnya, tapi juga membuat duplikasi dari objek tersebut. Dengan penuh kemenangan, Angier membawa mesin penemuan sulap tadi ke London dan berniat membalaskan dendam kesumatnya kepada Borden.

Sebenarnya, Angier selalu membuat duplikasi dirinya saat ia masuk ke mesin buatan Tesla. Untuk menjaga agar tidak terjadi banyak duplikat, maka setiap ia berteletransport, sebuah lubang sudah siap menenggelamkan duplikat dirinya sehingga tidak menjadi banyak. alkisah, Borden yang juga penasaran menyelinap masuk ke bawah panggung. Di sinilah ia begitu terkejut menyaksikan Angier, yang sebenarnya hanya duplikasi darinya, tewas tenggelam di dalam kotak air. Ketika Angier yang asli kemudian menghilang, Borden kemudian di hukum mati dengan dakwaan telah membunuh pesaingnya tersebut.

Sepertinya, Angier telah memenangkan persaingan ini dengan telak. Tapi Borden punya suatu rahasia yang tidak di miliki oleh Angier. Dalam trik teletransport, Borden menggunakan orang kedua yang merupakan kembarannya sendiri. Keduanya begitu serupa dan sehati, hingga kembarannya tersebut tidak keberatan sewaktu menyerahkan dua jarinya untuk dipotong agar serupa dengan Borden. Saat cerita ini ia sampaikan di hadapan Angier, ia begitu sangat terkejut hingga Borden memuntahkan peluru dan membuatnya roboh bersama seratus duplikat Angier lainnya. Benarbenar sebuah ambisi dan persaingan yang gelap dan penuh pengorbanan.

American GangsterFilm Ketiga, Saya baru saja menyalakan film ini pada pukul empat pagi hari. Mata saya benarbenar tidak kuat. Setelah semalaman bergadang melihat The Pianist dan The Prestiege. Belum lagi, keping cakram yang tidak terlalu bagus, membuat penayangannya tersendatsendat. Hanya setengah jam pertama saja saya melihat, setelah itu subuh dan langsung terkapar tidur. Paginya, bangun setengah sembilan langsung menonton kembali. Sayang sekali banyak adegan kasar dan adegan seks serta pornografi yang bertebaran. Tidak terlalu eksesif, karena memang film ini berusaha mengungkap kerasnya hidup di dunia gangster yang kejam, jadi pengungkapannya lumayan proporsional. Sayang sekali, saya menonton di ruang keluarga, pagi hari lagi. Gak enak aja kalau disangka merubah mood orang terlalu dini. Akhirnya saya undur hingga malam ini untuk ditonton kembali.

Keseluruhan, American Gangster bertutur tentang geng orang kulit hitam, yang mengalami pergantian pemimpin. Di sini, Franc Lucas, Denzel Washington, si pemimpin baru berusaha mengokohkan dirinya sebagai penguasa daerah Harlem dengan melakukan penjualan heroin besarbesaran di New York. Richie Roberts, Russell Crowe, si detektif yang bekerja di kantor polisi yang korup berhadapan dengan Lucas. Keduanya dengan cara masingmasing berusaha menggapai American dream mereka. Maaf nih, gak bisa kasih bayangan yang jelas. Yang jelas, film ini tidak masuk kedalam duaratuslimapuluh film terbaik versi IMDB dan hanya memenangkan Oscar untuk kategori pengarah seni terbaik dan pemeran pendukung terbaik. Dan setelah saya tonton sekali lagi, ternyata memang tidak terlalu bagus dan inilah film terburuk dari lima film yang saya tonton.

No Country For Old Men
Film keempat
, No Country for Old Men, Saya tonton tak beberapa lama ketika American Gengster yang hanya limabelas menit itu saya keluarkan. Well, saya harap ia serupa dengan filmfilm Clint Eastwood  macam The Flag of Our Father, yang merupakan sebuah satire dan kritik terhadap personafikasi hero dalam kultur modern, tapi yang saya harapkan ternyata lebih dari itu. Pembunuhan, pelarian dan polisi tanggung, ia adalah crime story, tapi lebih lagi. Sebuah cerita tentang manusia kuno yang tidak lagi berada di zamannya. Tiga tokoh utama dalam film ini, Serif Ed Tom Bell (Tommy Lee Jones), si pembunuh berdarah dingin Anton Cigurgh (Javier Bardem) dan si lugu veteran rancher Llewelyn Moss (Josh Brolin) di pertemukan oleh sebuah nasib saling mengejar satu sama lain.

Adalah Moss yang tengah berburu rusa mendapati mayatmayat bergelimpangan di tanah lapang. Rupanya mereka kawanan gengster yang saling membunuh dalam bisnis narkoba. Moss lalu menemukan sebuah koper berisi uang jutaan dolar. Ia begitu gelisah, dan karena kebodohannya juga membuat ia dikejarkejar kawanan gengster lainnya. Di tempat lain, Cigurgh yang berkalikali membunuh setiap orang yang bertemu dengannya melacak koper uang tadi yang ternyata telah terpasang transpoder di dalamnya. Ia tipikal pembunuh berdarah dingin lengkap dengan senjata mematikan yang tidak dapat terlacak. Kisah pelarian Moss yang tidak cerdas berhadapan dengan si genius pembunuh itu seperti melihat perburuan singa terhadap antelop, kita hampir tahu hasil tragis yang bakal menimpa. Tapi Moss adalah orang yang ulet. Ia berkalikali selamat, meski dengan luka yang parah. Di tempat lain, serif Bell yang juga berhasil menemukan kasus ini, mulai melacak petunjukpetunjuk yang masih gelap itu. Caranya bekerja yang standar, membuat dirinya tidak pernah berhasil menemukan baik Cigurgh maupun Moss. Ia hanya mendapati mayatmayat yang bergelimpangan ulah pembunuh sadis itu.

Suatu ketika, Moss terluka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Setelah sembuh ia berbicara untuk pertama kalinya dengan Cigurgh lewat telepon. Ia menawari Moss dua opsi, menyerahkan uang tersebut dan mati terbunuh atau membiarkan istrinya tewas. Moss memilih yang pertama dan berusaha menemui Cigurgh. Tapi ditengah jalan, rupanya kawanan gengster yang lain malah menghabisi nyawa Moss. Adapun Cigurgh yang telah mendatangi rumah istri Moss, malah tidak berhasil menemukan koper incarannya itu. Ia mendapat kecelakaan dan tangannya patah. Sedangkan si serif, sekali lagi datang belakangan tidak dapat memecahkan misteri yang terjadi.

Sepanjang film berlangsung, saya masih belum juga mengerti kenapa film ini disebut tidak ada negara untuk orangorang tua. Apa karena pemeran utama film ini adalah lakilaki berumur lanjut di atas empatpuluhtahunan? Atau mungkin gaya mereka yang benarbenar seperti orang tua, tidak cerdas, terlalu idealis (ini untuk Cigurgh yang berkeras membunuh siapa pun yang pernah bertemu dengannya) hingga tidak berhasil menemukan yang ia cari, atau polisi yang tidak berpengharapan sama sekali dalam memecahkan kasus? Atau semuanya? Di akhir cerita, akhirnya saya mengerti ternyata tidak satupun di antara tiga orang yang berbeda karakter dan nasib itu yang berhasil mencapai citacitanya. Sesuram dan seaneh apapun citacita, jelas hanya mereka yang memiliki jiwa muda saja yang mampu meraihnya. Dan tiga orang ini tidak memenuhi kriteria tersebut. Good movie!

Forrest Gump (Two-Disc Special Collector's Edition)Film kelima, ah Gump never dies! Dan begitulah ia. Ini kesekian kali saya menyaksikan Tom Hanks beraksi. Rasanya tidak ada yang lebih bagus ketimbang Forrest Gump atau filmnya yang kemudian, Philadelphia. Dan sepertinya sudah basi kalau saya menceritakan film yang meraih banyak Oscar ini. Mungkin lebih baik menceritakan impresi saya saja terhadap Mr. Gump.

Berbeda dengan No Country for Old Men, Forrest Gump jelas sebuah kisah tentang orang muda. Cara Gump berpikir mengenai orangorang terdekatnya yang ia ekspresikan dengan berlari selama tiga tahun enam bulan; ketabahannya mencari sang kekasih, Jeanny, yang meski ia harus menerimanya dalam keadaan hancur terkena virus mematikan (kemungkinan AIDS atau Hepatitis C) dan tengah sekarat serta tidak begitu lama kemudian meninggal; bagaimana pula ia menepati janji konyolnya kepada sahabat terdekatnya Bubba; Kesetiaannya kepada atasan; serta ketangguhan hatinya; Forrest Gump berbicara banyak terhadap kita tentang American's dreams yang kesohor itu.

Sebenarnya bukan itu saja, dalam beberapa adegan yang mungkin hanya dapat dipahami oleh mereka yang tahu sejarah Amerika, ia menjadi sebuah karikatur yang tragis. Coba lihat latar belakang pemecatan Gump dari Angkatan Darat yang terlihat seperti kasus Watergate. Atau kisah persahabatannya dengan Bubba yang berlatarbelakang kerusuhan rasial yang pecah medio 50 - 60-an, juga pertemuan pertamanya dengan Jeanny yang berseting pidato legendaris Martin Luther itu. Sejarah dalam parodi. Sama seperti Gump yang juga parodi mengenai masyarakat Amerika yang mendambakan kesempurnaan dan kedigdayaan yang ternyata masih kalah jauh di bawah seseorang dengan I.Q. 75 macam Gump.

Yeah, it's so inspiring! Dan seperti kata Gump, 'Life is like a box of chocolates... you never know what you're gonna get'. Dan saya mungkin akan berkata bahwa Forrest Gump adalah sebuah cerita tentang a complex life for a simple boy.


***


Bila menyaksikan dari Awal, mulai The Pianist hingga Forrest Gump, kita akan menyaksikan kilasan sejarah abad yang lampau mulai dari awal hingga medio delapanpuluhan. Perjalanan masyarakat dan budaya di Eropa dan Amerika. Sebuah evolusi, mulai dari cara berpakaian tahun duapuluhan yang gentleman dan sopansopan itu, hingga era flower generation yang berciri pemberontakan, spiritualitas kelompok, environmentalism, seks bebas dan narkoba. Atau seperti kata Faucoult terjadi ledakan wacana di masyarakat Barat. Dan mau tidak mau hal tersebut berkaitan dengan kekuasaan dan seks. Dua wacana ini meliputi hampir keseluruhan tema yang ditonjolkan filmfilm tadi. Dan kalau mau saya tambahkan, barangkali tema yang tepat untuk festival film kecilkecilan ini adalah Life in the mid of twenty century.

5 komentar untuk "Liburan dan Festival Film Kecilkecilan"

  1. Iya.. saya lebih tertarik dengan film Forest Gump. Membawa pesan kehidupan.
    Terimakasih sudah mampir.
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  2. Bro, untung banget lo lu ng nonton di 21, hmmm bete nih abis nonton 3 Doa, 3 Cinta, heran tuh film makna nya apa? malah bisa bkn persepsi yang negatif tentang pesantren, di film itu ada ustd yg sodomi santrinya, cuci otak dll.
    Malas banget mana masuk ke nominasi ‘Global Film Initiative (AS), Goteborg International Film Festival Fund (Swedia) dan Fond Sud Cinema (Perancis). bete beteee........

    BalasHapus
  3. waw, hebat juga bisa nonton 5 film secara sambung-menyambung... kalau saya satu saja sudah capek, dan sering berakhir dg dengkuran, hehe... :)

    btw, thanks reviewnya, bisa jadi referensi buat nyari tontonan asyik... :)

    BalasHapus
  4. @ surauinyiak, begitulah kalau sudah hobi :) Tapi filmfilm yang saya review tadi tidak cocok dijadikan film keluarga. Kalau 17 tahun keatas, okelah.

    @ Debi, terimakasih infonya dan terimakasih juga telah mereview film 3 Cinta 3 Doa. :)

    @ L-H, setuju! Meskipun ia lahir dari Flower Generation. Bagaimanapun emas tetap emas, sama seperti mr. Gump.

    BalasHapus
  5. gw dah lama males nontong pilem. kl nonton suka nyicil: pagi 15m, siang 20m malem 30m besok malemnya baru kelar. Kaya' tukgan kredittt :D

    BalasHapus