Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seperti apa wujud ikan Nun yang menelan Yunus?

 Kesimpulan bahwa Yunus/ Jonah/ Yonah itu ditelan oleh ikan Nun (نون) itu diambil dari penafsiran frase "Dzu al-Nun" (ذَا النُّونِ) yang terdapat pada Q 21:87. Frase ini secara harfiah dipahami sebagai "pemilik Nun". Pertanyaannya apa itu Nun?

Untuk memahami kata ini kita harus mencari padanan kata yang sama dan dalam Quran. Sayangnya kita tidak menemukan ayat Quran lain yang memuat kata tersebut. Kata terdekat dengan kata Nun adalah muqaththa'at Nun (ن) yang terdapat pada awal ayat pertama surah Al-Qalam (68), dan ayat ini tidak memberikan informasi apapun terkait arti kata "Nun" (نون). Dengan demikian kata ini adalah sebuah hapax legomenon, atau kata yang hanya muncul sekali dalam sebuah korpus teks.

Jika tidak ada, lalu bagaimana memahami kata ini? Cara terbaik adalah dengan melihat bagaimana kisah serupa dituturkan dalam kitab yang berbeda. Rujukan pertama adalah Bible, sebab kitab ini adalah kitab pertama yang mengisahkan kisah Yunus. Kisah Yunus dalam Bible ada di Kitab Yonah (יוֹנָה), nama asli Yunus dalam bahasa Ibrani yang bermakna burung merpati. Di kitab ini ikan yang menelan Yunus dinamakan sebagai dag gadol, artinya ikan besar.

Meski sudah memiliki rujukan unik, yakni dag gadol, ternyata kata tersebut tidak dipakai dalam literatur Yahudi berikutnya. Pada Targum Jonathan yang ditulis antara abad ke-2 hingga ke-5, kata yang dipakai adalah Nuna Rabbah (נוּנָא רַבָּא) yang juga berarti "ikan besar".

 Kata ini kemudian dipakai dalam Peshitta Syiriak, yang merupakan Bible standar Kristen Syria dan ditulis pada masa yang sama dengan Targum Jonathan, nūnā (ܢܘܢܐ).

Sampai di sini kita sudah mengetahui asal-usul dari kata Nun dalam Quran yang berasal dari milieu Syria dan Aram. Pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa dua kitab terakhir ini tidak mempertahankan nama asli dari dag gadol, dan memilih menggunakan term baru yakni nuna?

Jawaban bagi pertanyaan ini bisa kita runut ke sejarah kata tersebut yang sangat panjang. Bila anda belajar mitologi Mesir Kuno, maka anda akan mengetahui bila bangsa mereka juga mengenal sosok Tuhan bernama Nu atau Nun yang merupakan Tuhan lautan priomordial. Dari Tuhan Nun inilah lahir Ra, Tuhan Matahari.

Tuhan Nun ini memiliki padanan dalam mitologi Mesopotamia yakni Apsu yang juga merupakan air promordial yang darinya segala sesuatu di alam semesta termasuk Tuhan lahir. Ia diasosikan dengan sumber kebijaksanaan dan kehidupan. Dalam mitologi Mesopotamia berikutnya, Apsu tidak lagi dianggap sebagai Tuhan, melainkan realitas kosmik yang menjadi simbol kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan. Salah satu Tuhan yang bertugas menjaga apsu adalah Enki atau Ea. Sosok Tuhan yang sama yang disembah oleh tokoh-tokoh yang selamat dari banjir besar, Atrahasis, Utnapishtim, Ziusudra.

Enki memiliki seorang putri bernama Inanna yang merupakan Tuhan cinta, perang, dan kesuburan. Inanna merupakan nama Sumeria, sedangkan nama-Nya dalam kebudayaan Akkad, Babylonia dan Assyria adalah Ishtar atau Nina. Nama Inanna kemudian diabadikan menjadi nama sebuah kota, yakni Nineveh. Nineveh dalam bahasa Akkad adalah Ninuwa dan Ninua. Di kota ini pula Inanna/ Ishtar/ Nina menjadi Tuhan pelindung kota tersebut.

Gerbang kota Nineveh.

Yang menarik, bentuk aksara paku dari kata Nina (𒀏) memiliki makna rumah ikan. Dalam bahasa Akkad, ikan dinamakan dengan Nunu. Dan ya, kata nunu pada akhirnya dikenal dalam Bahasa Aram sebagai nuna, asal-usul dari konsep Nun dalam Quran.

Dalam Bible, Yunus diperintahkan untuk menyeru penduduk kota Nineveh agar menyembah YHWH. Mendengar seruan itu Yunus tercengang, sebab Nineveh adalah ibukota Assyria, sebuah kota kerajaan besar yang menindas bangsa Yahudi. Berdakwah ke kota musuh ini sama saja artinya dengan bunuh diri. Maka alih-alih menjalankan misi tersebut, Yunus memilih untuk melarikan diri ke tempat yang jauh di seberang lautan. Dalam pelarian inilah Yunus ditelan oleh ikan besar. Selama di dalam ikan, ia bertobat yang lalu dijawab oleh Tuhan dengan menyelamatkannya dan mengirimnya ke kota Nineveh untuk berdakwah.

Jika anda jeli maka anda akan menemukan adanya permainan kata dalam kisah Yunus ini. Di mana Yunus yang menolak pergi ke Nineveh akhirnya ditelan oleh ikan besar, Nuna Rabbah. Nineveh sendiri adalah sejatinya adalah sebuah kota besar yang secara leksikal terkait dengan ikan, yakni rumah ikan yang tentu saja besar. Dengan kata lain, kemanapun Yunus pergi, entah ia melarikan diri dari tugasnya, atau pergi ke tujuan, ia akan tetap masuk ke dalam ikan besar.

Kembali ke pertanyaan awal, makhluk apakah yang dimaksud dengan 'Ikan Nun' dalam sejarah Nabi Yunus? Well, jika anda membaca kisah ini sebagai sebuah parable, maka anda akan menemukan simetri antara Nun dengan Nineveh. Keduanya adalah makhluk dan tempat yang sama-sama menelan Yunus. Hal serupa juga akan anda temukan antara arti kata Yunus yang berarti merpati yang melambangkan kedamaian dan kebebasan, dengan suasana batin dirinya yang merana dan bergejolak. Gambaran Yunus yang ditelan oleh dua ikan besar ini (Nuna Rabbah dan Nineveh) adalah gambaran tentang bagaimana jiwa manusia yang ingin bebas tapi terikat oleh ketetapan Tuhan. Tidak ada jalan keluar dari ketetapan ini selain harus menjalani takdir tersebut dengan berani.

Kisah Yunus dengan demikian adalah sebuah metafora tentang manusia yang tidak bisa lari dari takdirnya.

Catatan Kaki

Posting Komentar untuk "Seperti apa wujud ikan Nun yang menelan Yunus?"