Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Manusia memiliki Roh?

 Taruh telapak tangan anda di depan hidung, lalu hembuskan nafas dan rasakan. Angin yang keluar dari hidung dan mulut itulah yang dimaksud sebagai roh. Sesederhana itu.

Tapi tunggu. Bukankah roh itu adalah sesuatu yang gaib?

Nah, ini yang kita kenal sebagai proses abstraksi sebuah kata. Yakni perubahan denotasi dari semata bersifat kongkret lalu lambat laun berubah menjadi abstrak.

Kongkret di luar (angin) → Kongkret di dalam (liver, jantung, otak) → Abstrak di dalam (kelenjar pineal)

Untuk roh sendiri, proses abstraksinya memakan waktu yang sangat lama, hingga ribuan tahun. Selama ribuan tahun ini pula, pengetahuan manusia tentang tubuh masih sangat terbatas, Jadi meskipun manusia mulai mengenal organ-organ dalam beserta sistem pernapasan, kardiovaskular dan sedikit tentang sistem saraf, tapi mereka masih menggunakan kata roh, dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang semua itu. Di saat bersamaan, posisi roh semakin kuat karena secara formal diadopsi ke dalam dogma agama seperti Kristen dan Islam.

Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa, kata roh digunakan untuk menjelaskan sekaligus "menambal" ketidaktahuan tentang mengapa manusia dan juga binatang bisa hidup.

Hingga era Descartes, pemahaman tentang roh menjadi sangat rumit. Roh tidak lagi dipahami sebagai konsep sederhana macam angin yang keluar masuk dari hidung seperti dipahami masyarakat purba, melainkan sebuah entitas immaterial dari Tuhan, yang terbagi ke dalam tiga macam bentuk, tripartit:

  1. Daya hidup (liver)
  2. Emosi (Jantung)
  3. Intelektual (Otak)

Konsep roh tripartit ini lalu disederhanakan oleh Descartes. Ia pun mengeluarkan roh daya hidup dan emosi dari konsep roh, dan menganggapnya sebagai bagian dari tubuh yang mekanis, automaton atau rex extensa. Roh yang tersisa dengan demikian hanyalah roh intelektual (rex cogitans) yang ia rumuskan dengan konsep cogito, ergo sum. Aku berpikir, maka aku ada.

Roh intelektual ini dinamakan pula sebagai Animal Spirit. Ia bersifat abadi dan berasal dari Tuhan. Setelah meninggal, Animal Spirit akan bergabung kembali dengan Tuhan. Redefinisi roh menjadi hanya aspek intelektual semata, membuka babak baru dalam pemahaman roh, yakni aspek intelektual dari manusia semata.

Pada tahun 1665 Robert Hooke mengamati potongan kulit pohon menggunakan mikroskop, dan mendapati temuan mengejutkan. Bahwa kulit pohon itu terdiri dari struktur kotak yang sangat kecil yang menyerupai ruangan di biara. Hooke menyebut struktur persegi ini sebagai sel.

Gambar: sel pada kulit tumbuhan dalam buku Robert Hooke, Micrographia.

Sel-sel ini tidak terlihat oleh mata telanjang dan hanya bisa diketahui lewat mikroskop. Hooke memperkirakan setiap inci kulit pohon memuat 10 ribu sel kecil dengan ukuran sekitar 20 mikron.

Apa yang ditemukan oleh Hooke sebenarnya adalah dinding sel dari pohon yang telah mati. Saat itu ia belum mengetahui bahwa sel-sel ini hidup. Baru setelah Antonie van Leeuwenhoek melakukan banyak pengamatan lewat mikroskop, diketahui bahwa kehidupan dibangun oleh sel sebagai "batu bata"nya. Dan setiap sel ini hidup.

Pemahaman mengenai sel lalu disempurnakan oleh sejumlah ahli biologi Jerman, Matthias SchleidenTheodor Schwann, dan Rudolf Virchow pada abad 19, yang menghasilkan apa yang dikenal sebagai Teori Sel:

  1. Seluruh makhluk hidup terdiri dari satu sel (uniselular) atau lebih (multiselular).
  2. Sel adalah unit kehidupan yang paling dasar.
  3. Semua sel hanya muncul dari sel-sel yang sudah ada sebelumnya.

Kelahiran Teori Sel dan juga Fisika Newton serta kimia modern, semakin mengukuhkan konsep tubuh sebagai mesin, sebagaimana dipahami oleh Descartes. Meski demikian, model mekanistik tubuh yang digagas sains modern ini masih kesulitan dalam menjelaskan bagaimana kehidupan bisa tumbuh, melakukan metabolisme, dan reproduksi. Kesulitan dalam menjelaskan tiga fenomena kehidupan inilah yang kemudian melahirkan Vitalisme.

Vitalisme sendiri berkembang antara abad 18 hingga 19 dan memiliki tesis utama bahwa organisme hidup membutuhkan prinsip "daya vital", vital force. Prinsip ini bersifat adi kodrati, dan tidak tunduk kepada hukum-hukum Fisika. Tokoh utama gerakan ini adalah Georg Ernst Stahl, Johann Friedrich Blumenbach, Xavier BichatImmanuel Kant, dan Caspar Friedrich Wolff & Karl Ernst von Baer. Mereka tumbuh pada era Romantisisme yang merupakan antitesis dari pandangan mekanistik mengenai alam semesta dan manusia sejak era Descartes.

Pada tahun 1828, Friedrich Wöhler berhasil menyintesis urea dari bahan-bahan anorganik, yakni ammonium cyanate. Sebelumnya para pendukung Vitalisme menganggap bahwa senyawa organik seperti urea hanya dapat diproduksi oleh organisme hidup lewat "daya vital" yang bersifat supranatural. Keberhasilan Wöhler ini membuktikan tesis para pendukung Vitalisme, bahwa materi organik sangat berbeda dari materi anorganik, adalah salah.

Gambar: urea sintetik.

Pada akhir abad 19, paham Vitalisme lambat laun mulai ditinggalkan setelah sains modern dapat membuktikan bahwa tidak ada batasan yang tegas antara materi hidup dan tidak hidup. Sel-sel yang merupakan batu bata kehidupan pada dasarnya dibentuk oleh atom-atom dan molekul juga, sama seperti materi tidak hidup. Hal lain yang juga mempengaruhi paham ini adalah kelahiran Teori Evolusi, yang secara elegan mampu menjelaskan kemunculan beragam variasi pada makhluk hidup.

Pada abad 20, gagasan para pendukung Vitalisme direbranding sedemikian rupa oleh para pendukung Pseudosains, pengobatan alternatif dan gerakan New Age. Melahirkan konsep bernama energi kehidupan, vital force, aura, cakra, hingga Intelligent Design.

Kembali ke pertanyaan awal, Adakah bukti bahwa manusia memiliki roh? Dari uraian singkat di atas, sebenarnya bisa kita simpulkan bahwa roh dalam arti metafisik dan immaterial sesungguhnya tidak ada dalam diri manusia. Kehidupan pun bisa dijelaskan secara materiil lewat hukum-hukum Fisika, Kimia, dan Biologi.

Dengan demikian tinggal satu misteri yang belum dapat dipecahkan, yakni bagaimana kita sebagai makhluk materiil ini bisa berpikir? Bukankah pikiran itu sendiri adalah juga bersifat immateriil?

Nantikan di jawaban berikutnya.

Posting Komentar untuk "Apakah Manusia memiliki Roh?"