tag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post4281435144333419045..comments2023-12-06T14:16:12.942+07:00Comments on H Pridityo: At Midst of Java (2)Himawan Pridityohttp://www.blogger.com/profile/06643222798520577513noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post-22436681554141056542009-03-20T15:09:00.000+07:002009-03-20T15:09:00.000+07:00Saya bukan orang Jawa, dan memang saya sudah 3 kal...Saya bukan orang Jawa, dan memang saya sudah 3 kali ke Kraton Yogya. Tapi kali terakhir kemarin kok rasa mistis kraton sudah hilang di hati saya. Kraton itu tak lebih dari tumpukan batu-batu saja. Padahal dulu waktu aku kecil ke sana, rasanya ada aura yang magis waktu masuk ke dalamnya. <BR/><BR/>Entah saya yang sudah dewasa, atau kratonnya yang berubah? <BR/><BR/>EMimeldahttps://www.blogger.com/profile/13844254022225322574noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post-31798241144960369162009-03-11T19:18:00.000+07:002009-03-11T19:18:00.000+07:00Setuju uda Vizon, sejarah bagi saya adalah kekinia...Setuju uda Vizon, sejarah bagi saya adalah kekinian sekaligus masa lalu. Karenanya saya selalu menggunakan sudut pandang pengalaman orang pertama agar mampu menampilkan kilasan sejarah yang jauh lebih personal. Mengenai Kraton Jogja, cuma itu yang bisa saya rasakan dalam tulisan saya ini. Apakah dengan demikian proses penghayatan yang diharapkan tidak maksimal, tentu saja para pelaku sejarah harus menganggapi hal tersebut dengan lebih serius. Introspeksi dan retrospeksi. Dan memang itulah yang harus dilakukan. Maaf nih ga sempat berkunjung ke Kweni. Lain kali ya, sepertinya mengasyikkan. :D<BR/><BR/>Saya sendiri memang tidak terlalu memahami Jogja. Dari apa yang saudara Papavena tuliskan, saya malah malu kalau dibilang lebih tahu dari orang yang selama ini bermukim di sana. Apa ini berkaitan dengan riwayat singkat dari Kraton? Bukankah telah saya tulis bahwa itu adalah kutipan mentah semata dari situs yogyes. Apa yang saya tulis di sini, tak lain dari interpretasi saya belaka sebagai outsider terhadap kehidupan budaya dan sejarah Jogja.<BR/><BR/>Dari apa yang saya tulis sebagai tanggapan dari komentar ini, saya hanya bisa bilang kepada Mona, mari berkunjung ke Jogja. Kamu pasti tidak akan pernah menyesal.Himawan Pridityohttps://www.blogger.com/profile/06643222798520577513noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post-52295546677904166972009-03-10T16:37:00.000+07:002009-03-10T16:37:00.000+07:00Belum pernah ke Jogja. :(Belum pernah ke Jogja. :(nocturnal-Monahttps://www.blogger.com/profile/01812697617515855904noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post-81753874390963925292009-03-10T11:13:00.000+07:002009-03-10T11:13:00.000+07:00You know more about Jogja than I who lifes in Jogj...You know more about Jogja than I who lifes in Jogja....luar biasa..!!Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8050909421144013815.post-57740515829276203552009-03-10T09:37:00.000+07:002009-03-10T09:37:00.000+07:00mempelajari sejarah bukan soal menceritakan masa l...mempelajari sejarah bukan soal menceritakan masa lalu, tapi soal bagaimana kita menginterpretasikannya di masa kini...<BR/><BR/>kraton... setiap kali aku melewatinya atau bahkan sesekali mengantarkan tamu untuk mengunjunginya, aku hanya bisa menikmati tanpa mampu menghayati... dan aku yakin, itulah yg terjadi pada kebanyakan generasi kita...<BR/><BR/>woiii.... ke jogja kok diam2 aja? ngontak kek... :)Anonymousnoreply@blogger.com